"Sudahlah, Terserah Engkau, Tuhan "
Aku sudah capek...
Capek berharap pada sesuatu yang tak kunjung menoleh padaku. Capek berjuang di medan yang entah untuk siapa kemenangan ini dipersembahkan.
Orang bilang, sabar itu ada batasnya.
Ternyata betul. Batas itu kini berdiri di depan mataku, dan aku sudah menabraknya berkali-kali sampai nyeri tak lagi terasa.
Aku sudah mencoba semua jalan, berdoa, memohon dengan air mata, memaksa dengan sisa tenaga. Tapi seolah pintu tetap tertutup, dan aku hanya berdiri di luar, mengetuk sampai lelah.
Kalau ini memang harus sakit, kenapa tidak sekaligus remukkan seluruhnya? Kalau harus runtuh, kenapa perlahan-lahan, sampai aku harus menontonnya hancur sedikit demi sedikit?
Aku mulai mengerti, mungkin aku hanyalah bidak di papan, digerakkan tanpa suara, dibiarkan tumbang tanpa arti. Tapi aku tak menolak. Aku hanya... lelah, dan pasrah.
Jadi sekarang... sudahlah. Kalau begini skenarionya, aku tak akan lagi menanyakan kenapa. Terserah Engkau, Tuhan, mau dibawa ke mana, aku ikut saja. Meski entah besok masih punya napas atau tidak, aku tak menjanjikan akan berharap lagi.
Aku lelah menjadi boneka yang diatur. Lelah menunggu jawaban yang tak datang. Lelah mendengar kata "Tuhan tahu yang terbaik" padahal yang terbaik itu terasa jauh. Kalau ini versi terbaik-Mu, aku hanya bisa pasrah.
Aku bukan malaikat, aku tak suci, tapi aku juga tak sekejam itu. Jika ini ujian, ujilah sampai aku tak bersisa. Jangan setengah-setengah. Aku serahkan semuanya kepada-Mu, bahkan rasa takutku.
Sudahlah... terserah Engkau, Tuhan.
Aku sudah terlalu sering memohon sampai lupa rasanya berharap. Aku selesai berdebat, selesai bertanya. Sekarang hanya ada sisa tenaga untuk bertahan, meski entah untuk apa.
Kalau aku harus jatuh, biarlah. Jangan kirimkan pertolongan saat semua sudah terlanjur mati rasa. Anggap saja aku diciptakan untuk retak, tapi aku tetap menyerahkan diri padamu.
Aku sudah mencoba berkali-kali, meski tiap percobaan selalu terbentur tembok yang lebih keras dari harapan. Aku sudah berdoa sampai hati nyaris retak, tapi mungkin ini cara-Mu mengajarkan aku untuk berhenti sejenak dan pasrah.
Kalau memang aku harus disalahkan, salahkan saja. Jika harus dipermalukan, permalukanlah. Aku tak lagi membela diri. Aku memilih berhenti berperang di medan yang hanya ingin melihat darahku mengalir. Tapi aku tetap menyerahkan hasilnya pada-Mu. Sudahlah... terserah Engkau, Tuhan.
#AkuMasih Disini
#pengampunandosa
#perjalananspiritual
#Perjuangan Hidup
#kuatkanhati
0 Komentar